Meskipun tinggal di California, menyadari usia sudah lebih dari 30 tahun tanpa pasangan hidup bisa membuat seorang wanita galau. Mengalami hal itu, Ethel Mae Blizzard memutuskan untuk mencari jodol lewat internet. Ia pun mendaftar di arabmatch.com.
Seorang wanita mengirim pesan kepada Ethel, bahwa ia memiliki seorang teman pria yang mungkin cocok bagi Ethel. Sebulan kemudian Ethel bertemu dengan pria itu. Saat sang pria menyampaikan ingin menikah di masjid, Ethel ragu.
"Aku tidak yakin dengan hal ini, biar bagaimananpun aku seorang Kristen," kata Ethel.
Sejak usia 12 tahun, Ethel aktif sebagai jamaat gereja Mormon. Ethel juga dibabtis dalam kepercayaan Mormon. Namun, saat usianya menginjak 18 tahun ia tidak percaya lagi dengan agama Mormon.
Wanita yang tinggal di San Diego, California, itu tidak memungkiri adanya Tuhan, namun ia benar-benar tidak yakin dengan agama Mormon yang dianutnya. Selama 29 tahun sejak saat itu, ia selalu mencari agama yang menurutnya benar. Ia belajar tentang Yudaisme, Saksi Yehuwa, Kristen. Ia hampir menyerah karena tak kunjung menemukan hakikat ketuhanan.
Belajar Islam
Ajakan pria itu untuk menikah di masjid membuat Ethel memutuskan untuk mencari tahu tentang masjid dan pernikahan.
Seorang teman dari Turki bersedia membantu Ethel pergi ke masjid. "Dia memberitahuku tentang Masjid Abu Bakar," ujarnya. Ethel pergi ke masjid itu, hendak menemui imam masjid namun sebenarnya ia sendiri tak tahu persis apa yang sedang ia lakukan.
Ethel hanya menunggu di luar sampai akhirnya ia ditanya apakah sedang memberlukan bantuan."Ya, saya perlu bertemu dengan seseorang yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya," jawab Ethel. Seketika imam masjid bernama Taha datang padanya. Namun karena Ethel datang ketika menjelang waktu shalat, imam Thaha memintanya untuk menunggu. Sempat banyak bertanya, Imam Thaha menyuruhnya kembali jika masih ingin berdiskusi lebih banyak lagi.
Beberapa hari kemudian ia menemui kawanya yang dari Turki. "Aku menayakan tentang muslim dan agama muslim," katanya. Sang teman mejelaskan bahwa muslim bukanlah nama agama. Islam adalah nama agama pagi penganutnya yang biasa disebut muslim.
Banyak berdiskusi, Ethel mananyakan tentang Allah. "Allah adalah Tuhan," kata temannya. Dari situ, ia mengambil kesimpulan bahwa ternyata orang Islam juga percaya Tuhan. "Saya baru tahu orang Islam juga bercaya Tuhan," kata Ethel.
"Lalu aku bertanya kepadanya apa yang Muslim yakini dan apa arti Islam. Ia menjelaskan padaku bahwa Islam adalah agama yang damai, tak seperti apa yang banyak diberitakan oleh media," kenang Ethel.
Mendapat penjelasan seperti itu, Ethel balik bertanya apakah temannya itu Muslimah? Saat dijawab iya, Ethel bertanya lagi "Mengapa tidak memakai jilbab?". Tidak dijelaskan bagaimana jawaban temannya, namun ia memberi Ethel nomor telepon Syaikh Saad agar bisa bertanya mengenai Islam lebih lanjut.
Saat mendekati Masjid Al Ribat, tempat Syaikh Saad menjadi imam, Ethel merasakan sesuatu yang aneh. Setelah berdialog, Syaikh Saad memberi Ethel beberapa buku untuk dibaca; Al-Quran dengan terjemahan bahasa Inggris, buku Agama Kebenaran, Sebuah Panduan bergambar Singkat untuk Memahami Islam dan buku-buku lain.
Ketika berpamitan, Ethel ingin bersalaman. Ethel terkejut karena Syaikh Saad menolak berjabat tangan. Syaikh Saad menjelaskan bahwa tidak diperbolehkan menyentuh seseorang yang bukan makhromnya.
Masuk Islam
Pertemua Ethel dengan Imam Thaha dan Syaikh Saad memang tidak mengantarnya pada pernikahan, seperti tujuan awal Ethel. Namun ia mendapatkan anugerah yang lebih besar. Ia bisa belajar Islam lebih banyak, dan dari sanalah tumbuh benih-benih hidayah. Puncaknya pada waktu Ethel membaca buku Agama Kebenaran yang diberikan Syaikh Saad dan buku Sirah Nabawiyah.
Ethel masih ingat, hari itu tanggal 8 Juni 2007. Membaca sirah nabawiyah membuat Ethel berkaca-kaca. Badannya menggigil. "Saya beriman pada tanggal itu," kata Ethel.
Ethel berfikir bagaimana caranya pindah agama menjadi Muslim. Dalam waktu sepekan Ethel menyelesaikan urusan asuransi mobilnya yang sempat ditabrak pengendara lain saat menuju Syaikh Saad beberapa waktu yang lalu. Begitu urusan selesai, Ethel langsung menuju masjid Ribat. Ia ingin masuk Islam di masjid Syaikh Saad tersebut.
Di masjid, Ethel bertemu dengan beberapa mantan orang Kristen yang telah menjadi Muslim. Ia bercerita bahwa dirinya siap menjadi Muslim. Lalu pada hari itu juga, 23 Juni 2007, Ethel berikrar syahadat disaksikan para jamaah. Sayang sekali, pada saat itu Syaikh Saad tidak bisa menyaksikan karena sudah tiada.
Tantangan
Begitu mengetahui Ethel menjadi Muslim, sepupu dan beberapa kawan Ethel memutuskan komunikasi dengannya. Seorang tetangganya bahkan pernah mencoret coret mobilnya dengan lipstik ketika Ethel mulai mengenakan jilbab. Tapi Ethel bergeming, ia tetap memilih memeluk Islam dan berjilbab hingga kini. [AM/Rpb/IO]
sumber
sumber
0 comments:
Post a Comment
Jangan lupa ninggalin jejak dengan komentar ^_^