1.
Bukti-Bukti Proses Interaksi di Beberapa Daerah dengan Hindu–Buddha
Terdapat
bukti yang kuat bahwa agama Buddha masuk ke Indonesia pada abad ke-2 Masehi,
yakni dengan ditemukannya arca Buddha dari perunggu di Sempaga (Sulawesi
Selatan). Arca Buddha ini, merupakan bukti tertua adanya pengaruh budaya India
di Indonesia. Penemuan arca itu juga sangat penting sebab memberikan petunjuk
kepada kita ke tinggian taraf hidup dan budaya rakyat Indonesia pada waktu itu.
Dilihat
dari ciri-cirinya, arca tersebut diperkirakan berasal dari langgam Arca Amarawati,
India Selatan (abad 2–5 SM). Ada kemungkinan bahwa arca ini merupakan barang
dagangan atau mungkin juga barang persembahan sesuai bangunan suci agama
Buddha. Arca sejenis juga ditemukan di Jember, Jawa Timur dan di Bukit
Siguntang (Sumatra Selatan). Adapunn di Kutai, Kalimantan Timur ditemukan arca
Buddha yang memperlihatkan arca seni Gandhara, India Utara.
Penemuan
prasasti-prasasti di Kutai dari Raja Mulawarman dan prasastiprasasti di
Tarumanegara dari Raja Purnawarman menunjukkan adanya proses penghinduan. Huruf
yang dipakai dalam prasasti-prasasti itu, ialah huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta.
Selain itu, Raja Mulawarman juga sering mengadakan upacara-upacara keagamaan
dan mendatangkan brahmana-brahmana dari India. Semuanya ini menunjukkan adanya
pengaruh budaya dari India di Indonesia.
Pada
abad ke-4 Masehi agama dan kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia. Prasasti-prasasti
dari Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumanegara menunjukkan adanya proses
penghinduan. Pada mulanya yang berkembang terlebih dahulu ialah agama Hindu
baru kemudian agama Buddha (agama Buddha yang berkembang di Indonesia ialah
agama Buddha Mahayana). Hal ini terbukti bahwa raja-raja pertama di Indonesia
menganut agama Hindu, seperti Mulawarman dari Kerajaan Kutai dan Purnawarman
dari Kerajaan Tarumanegara. Lama kelamaan kedua agama ini terus berkembang,
silih berganti menjadi agama yang paling utama dalam negara. Setelah hidup
berdampingan secara damai selama berabad-abad, kemudian terjadi sinkretisme di
antara keduanya. Hasil sinkretisme tersebut menimbulkan suatu aliran agama baru
yang dikenal sebagai agama Siwa- Buddha. Aliran ini berkembang dengan pesat
pada abad ke-13 M. Penganut aliran ini, antara lain Raja Kertanegara dan
Adityawarman.
2.
Perkembangan Tradisi Hindu–Buddha
Sikap
aktif selektif diterapkan bangsa Indonesia terhadap kebudayaan dari luar,
artinya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia diseleksi dan disesuikan dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, setelah agama dan kebudayaan
Hindu–Buddha masuk ke Indonsia terjadilah akulturasi. Perwujudan akulturasi
antara kebudayaan Hindu–Buddha dengan kebudayaan Indonesia, antara lain sebagai
berikut.
a. Seni
Bangunan
Wujud
akulturasi seni bangunan terlihat pada bangunan candi, salah satu contohnya
adalah Candi Borobudur yang merupakan perpaduan kebudayaan Buddha yang berupa
patung dan stupa dengan kebudayaan asli Indonesia, yakni punden berundak
(budaya Megalithikum).
b. Seni
Rupa dan Seni Ukir
Akulturasi
di bidang seni rupa dan seni ukir terlihat pada Candi Borobudur yang berupa
relief Sang Buddha Gautama (pengaruh dari Buddha) dan relief perahu bercadik,
perahu besar tidak bercadik, perahu lesung, perahu kora-kora, dan rumah
panggung yang di atapnya ada burung bertengger (asli Indonesia). Di samping
itu, ragam hias pada candi-candi Hindu–Buddha dan motif-motif batik yang
merupakan perpaduan seni India dan Indonesia.
c. Aksara
dan Seni Sastra
Pengaruh
budaya Hindu–Buddha salah satunya menyebabkan bangsa Indonesia memperoleh
kepandaian membaca dan menulis aksara, yaitu huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Kepandaian baca-tulis akhirnya membawa perkembangan dalam seni
sastra. Misalnya, cerita Mahabarata dan Ramayana berakulturasi menjadi wayang
"purwa" karena wayang merupakan kebudayaan asli Indonesia. Demikian
juga kitab Mahabarata dan Ramayana digubah menjadi Hikayat Perang Pandawa Jaya
dan Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Maharaja Rahwana.
Dalam
pertunjukan pewayangan yang merupakan kebudayaan asli Indonesia, isi ceritanya
dari India yang bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Munculnya
punakawan, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong adalah penambahan bangsa
Indonesia sendiri. Ragam hias pada wayang purwa adalah akulturasi seni India
dan Indonesia.
a. Sistem
Pemerintahan
Di
bidang pemerintahan dengan masuknya pengaruh Hindu maka muncul pemerintahan
yang dipegang oleh raja. Semula pemimpinnya adalah kepala suku yang dianggap
mempunyai kelebihan dibandingkan warga lainnya(primus interpares). Raja tidak
lagi sebagai wakil dari nenek moyang, tetapi sebagai penjilmaan dewa di dunia
sehingga muncul kultus "dewa raja".
b. Sistem
Kalender
Masyarakat
Indonesia telah mengenal astronomi sebelum datangnya pengaruh Hindu–Buddha.
Pada waktu itu astronomi dipergunakan untuk kepentingan praktis. Misalnya,
dengan melihat letak rasi (kelompok) bintang tertentu dapat ditentukan arah
mata angin pada waktu berlayar dan tahu kapan mereka harus melakukan aktivitas
pertanian.
Berdasaran
letak bintang dapat diketahui musim-musim yanga ada, antara lain musim kemarau,
musim labuh, musim hujan, dan musim mareng. Jadi di Indonesia telah mengenal
sistem kalender yang berpedoman pada pranatamangsa, misalnya mangsa Kasa
(kesatu) dan mangsa Karo (kedua).
Kebudayaan
Hindu–Buddha yang masuk ke Indonesia telah memiliki perhitungan kalender, yang
disebut kalender Saka dengan perhitungan 1 tahun Saka terdiri atas 365 hari.
Menurut perhitungan tahun Saka, selisih tahun Saka dengan tahun Masehi adalah
78 tahun.
c. Sistem
Kepercayaan
Nenek
moyang bangsa Indonesia mempunyai kepercayaan menyembah roh nenek moyang
(animisme) juga dinamisme dan totemisme. Namun, setelah pengaruh Hindu– Buddha
masuk terjadilah akulturasi system kepencayaan sehingga muncul agama Hindu dan
Buddha. Pergeseran fungsi candi. Misalnya fungsi candi di India sebagai tempat
pemujaan, sedangkan di Indonesia candi di samping tempat pemujaan juga ada yang
difungsikan sebagai makam (biasanya raja/pembesar kerajaan).
d. Filsafat
Akulturasi
filsafat Hindu Indonesia menimbulkan filsafat Hindu Jawa. Misalnya, tempat yang
makin tinggi makin suci sebab merupakan tempat bersemayam para dewa. Itulah
sebabnya raja-raja Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) setelah meninggal dimakamkan
di tempat-tempat yang tinggi, seperti Giri Bangun, Giri Layu (Surakarta), dan
Imogiri (Yogyakarta).
8 comments:
kok engga ada imagenyaaa... kan pengn tau gambar archanya yang kayak gimana... T.T
wah nambah pengetahuan lagi nih, iya kok g ada gambarnya
Sejarah memang tidak boleh dilupakan
Seni bangunan masih terasa sampai sekarang dan masih juga dipakai ilmunya
hhehehe..
Rent a limousine. Propose to her in the limo thomas sabo shop
on the way to or from your special evening. thomas sabo anhänger günstig
Be sure to bring champagne or sparkling thomas sabo engelsflügel
cider to celebrate.Rent your favorite romantic movie. Make it special with homemade popcorn and her favorite movie treat. thomas sabo schmuck
Tell her you want your own happy ending by thomas sabo
proposing as the credits roll at the end.Give her three roses: angebote thomas sabo armbänder
Tell her one represents the past, one represents the present kette thomas sabo
and the last one (with the ring tied to it) represents the future. thomas sabo schmuck günstig
It is estimated that 110 million roses will be angebote thomas sabo ohrschmuck
sold for Valentine’s Day so be sure to order your angebote thomas sabo
roses early for the prettiest petals.
MAs , mau nanya nih bisa jelaskan gak kenapa kerajaan kutai menganut hindu siwa ...
makasih kalau sdh d jelaskan .. ^_^
indonesia memang sangat kaya dengan beranekam ragam sejarah..
Post a Comment
Jangan lupa ninggalin jejak dengan komentar ^_^